IKHLAS ENERGI UMAT ISLAM
Oleh: Rohullah Fauziah Alhakim*
Ikhlas ialah mengerjakan sesuatu hanya mencari keridhaan Allah semata, membersihkan dan memurnikan segala perbuatan yang hanya mencari kesenangan duniawi. Keinginan yang bersifat sementara, yaitu keinginan terhadap kemewahan, harta, popularitas, kedudukan, simpati orang lain, pemuasan nafsu dan penyakit lainnya yang merusak hati. Ikhlas merupakan bagian dari tauhid yaitu mengesakan Allah dalam hal peribadatan dan permohonan pertolongan. Seperti dalam firman Allah:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya Engkaulah yang Kami sembah dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.”(Qs. Al-Fatihah: 5).
Lawan ikhlas adalah riya, dianggap sebagai syirik kecil, sebagaimana dikatakan Syaddad bin Aus ra, “Pada masa Rasulullah, kami memandang riya merupakan syirik kecil.”
Mudah Diucap Tapi Sulit Dijalani
Ikhlas adalah kata yang paling sering kita ucapkan, sangat mudah untuk melafazkan kata ikhlas. Tapi sudahkah orang yang mengatakan ikhlas itu melakukannya?
Melakukan ikhlas tidaklah semudah mengucapkannya, orang kadang menyepelekan kata ikhlas, tak sedikit orang mengumbar-umbar kata ikhlas. Padahal melakukan ikhlas itu sungguhlah sulit. Kita harus membersihkan hati dari semua penyakit-penyakit hati. Kita harus menghilangkan sifat gila harta, jabatan, popularitas, kemewahan dan penyakit hati lainnya.
Jaman sekarang begitu hebohnya umat manusia berlomba-lomba mencari jabatan dan popularitas yang semata-mata hanya untuk kepuasan duniawi. Apa yang terjadi jika mereka tidak mencapai harapannya? Sungguh banyak orang stress yang bertebaran dimuka bumi.
Melakukan ikhlas memang harus berjuang dengan sungguh-sungguh, yaitu melawan hasutan setan yang merusak hati manusia. Setan ialah musuh terbesar manusia walaupun wujudnya tidak terlihat mata. Begitu sulit memerangi hawa nafsu setan, begitu banyak yang termakan hasutannya, hingga manusia sulit untuk mengamalkan ikhlas.
Keutamaan Ikhlas
Ikhlas merupakan fondasi diterimanya amal perbuatan kita, suatu amalan shaleh akan diterima Allah tergantung pada niatnya. Sebagaimana sabda Rasul, “Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung niatnya.”(HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam Firman Allah:
وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا ۗ وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan …” (Qs. An-Nisa: 125).
Maksud kalimat menyerahkan diri kepada Allah ialah mengikhlaskan niat dan amal perbuatan hanya karena Allah semata. Namun, faktanya jaman sekarang manusia melakukan perbuatan bukan karena Allah, namun karena manusia itu sendiri.
Mereka melakukan sesuatu hanya karena ingin dipuji manusia, hanya karena ingin mendapat simpati dari seseorang. Sesungguhnya pujian itu hanyalah milik Allah.
Seperti dalam firman-Nya
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam” (Qs. Al-Fatihah: 2)
Bagaimana bisa amal perbuatan kita diterima jika kita berniat bukan karena Allah!
Renungkan wahai seluruh umat muslim. Memang kadang kita suka menyepelekan niat, kita tidak sadar kalau kita melakukan sesuatu hanya karena ingin mendapat simpati dari seseorang. Bertaubatlah segera wahai kaum muslim, ingatlah Allah dalam pikiran serta dalam hatimu. Sebelum Allah memberimu adzab yang pedih.
Bahaya Orang yang Berpura-pura
Orang yang suka berpura-pura adalah munafik. Lahirnya mereka terlihat sangat rapi namun, batinnya berantakan. Hendaknya, manusia jangan suka berpura-pura di hadapan sesamanya, karena sesungguhnya Allah maha mengetahui isi hati. Untuk apa seseorang pura-pura ikhlas, namun hatinya mencibir. Mereka pura-pura hanya karena ingin mencapai keinginannya. Mereka ingin terlihat baik di mata umat. Ia tidak sadar kalau Allah mengetahui isi batinnya. Mereka terlihat bertakwa dan menjunjung tinggi Islam, tutur katanya begitu manis, sikapnya begitu santun, namun hatinya berantakan dan hampa. Seperti sabda Rasulullah SAW, “Pada akhir zaman nanti akan lahir manusia yang ingin menggapai dunia. Mereka berpakaian kulit domba yang halus. Perkataan mereka lebih manis daripada madu dan hati mereka bagaikan hati serigala.”
Galaunya, mau diperangi mereka mengaku saudara, tidak diperangi mereka malah merusak. Sungguh ironis para kaum munafik ini. Serahkan semuanya kepada Allah, kita mohon kekuatan, kesabaran, dan perlindungan dari tipu daya orang-orang munafik. Sesungguhnya hanya kepada Allah kita meminta dan mencari kemuliaan di dunia dan akhirat.(T/Fauziyah/R2).
(Disarikan dari berbagai sumber)
*Wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)